Ketapang adalah sebuah kabupaten dari ibu kota
Pontianak, Kalimantan Barat. Ketapang lebih dikenal orang dengan sebutan kota ale-ale.
Ale-ale adalah sejenis kerang berkulit halus yang menjadi makanan khas
Ketapang. Makanan ini banyak di gemari oleh masyarakat lokal, luar daerah dan
bahkan wisatawan mancanegara. Banyak olahan yang bisa di buat dari makanan ini,
bisa saja dimasak hanya menggunakan air yang direbus kemudian diberi tambahan
bumbu dapar dan bahkan bisa juga di olah seperti menjadi ale-ale saus tiram dan
masih banyak lagi. Dan para nelayan mempercayai bahwa ale-ale tersebut hanya
bisa ditemukan di Ketapang, Kalimantan Barat.
Ale-Ale
Selain sebagai makanan khas, ale-ale juga dijadikan
nama tugu yang berada di perempatan JL.R.Suprapto dan jalan menuju jembatan
Pawan 1.
Tugu Ale-Ale
Tugu ale-ale merupakan titik nol dari asal kota
Ketapang. Konon ada sebuah legenda
tentang ale-ale, yakni cerita tentang sebuah pohon super besar yang dinamakan
Pohon Ketapang. Dahulu, orang-orang hidup di bawah pohon itu. Saking besarnya,
bentangan pohon itu menutupi perkampungan dari hulu hingga ke hilir.
Dedaunannya sangat lebat, bahkan saking lebatnya cahaya matahari sulit sekali
menembus sampai ke tanah. Akibatnya padi tidak subur, pakaian tidak kering
karena tidak tersentuh panasnya sinar matahari, dan banyak masyarakat yang
terjangkit penyakit beri-beri. Sampai pada suatu waktu ada seorang warga yang
berinisiatif menebang pohon super besar itu dikarenakan mulai terasa mengganggu
kehidupan masyarakat setempat. Namun sialnya, sekeras apa pun usaha yang
dilakukan, hanya berakghir sia-sia sebab setiap kali ditebang, bentuk dari
pohon tersebut selalu kembali ke bentuknya semu
Suatu hari seorang
warga mendapat wangsit dari alam gaib. Pesan dari wangsit itu
berbunyi,"Kalian tidak akan bisa menebang pohon itu hanya dengan tenaga
dan besi yang kalian miliki, tempalah sebuah kapak perak untuk menebang pohon
itu, tapi jangan salahkan saya atas apa yang telah kalian lakukan, karena
kalian tidak senang kami hidup bersama kalian".
Selanjutnya, orang itu pun terbangun dan
memberitahukan apa yang telah dimimpikannya kepada tetua adat. Mendengar
wangsit itu, mereka pun membuat sebuah kapak Perak yang sesuai dengan apa yang
telah diwangsitkan. Aneh bin ajaib, pohon itu dapat ditebang. Orang-orang sudah
mempersiapkan diri dari kejauhan, ada yang ke hulu dan ada juga yang
ke hilir. Betapa besarnya pohon itu, dan ketika tumbang terjadilah sebuah
keajaiban. Pohon itu raib bak ditelan bumi. Kemanakah Pohon Ketapang raksasa
itu? Rupanya pohon Raksasa itu berubah menjadi sebuah sungai besar yang
sekarang dinamakan Sungai Pawan yang membentang dari hulu hingga ke
hilir. Dan buah-buah dari pohon Ketapang itu berubah menjadi hewan kerang yang
kita sebut sebagai Ale-Ale. Sayangnya, orang-orang desa itu menyesal karena
menebangnya, karena kulit mereka jadi hitam akibat panas dan tidak ada lagi
pohon besar yang telah melindungi mereka. Sejak saat itu desa itu dinamakan
Ketapang.
Demikianlah legendanya. Terlepas dari masuk akal
tidaknya sebuah cerita, sebagai warga Ketapang sudah selayaknya
untuk berbangga kepada apa yang telah diberikan dan kita harus bersyukur.
Demikian pesan dari cerita tersebut. Kembali kepada tugu ale-ale. Apapun
bentuknya, jangan sampai dijadikan citra etnitika belaka, jadikanlah itu
sebagai icon masyarakat yang berharga. Tiap hari lalu lalang di tugu itu sekali-kali
tengoklah ke masa lalu. Ketapang adalah kota persatuan, segala etnis membangun
Ketapang. Kita adalah masyarakat Ketapang, tunjukkanlah kecintaan kita terhadap
kota ASRI ini.
Sumber: Budi3x.bogspot.com